Sabtu, 01 September 2018

Sejarah Pertempuran 10 November 1945 Surabaya

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Peristiwa pertempuran pada tanggal 10 November 1945 sebenarnya dampak yang dipicu oleh perisiwa- peristiwa sebelumnya mulai dari kedatangan Jepang ke Indonesia pada tanggal 1 maret 1942 yang kemudian melahirkan perjanjian kalijati antara Jepang dengan Belanda. Namun hal utama yang menjadi latar belakang pertempuran surabaya adalah pengibaran bendera Belanda di hotel yamato pada tangga18 september 1945
Para pemuda Surabaya yang terkenal dengan arek-arek Suroboyo jelas merasa gusar melihat tindakan Belanda yang tidak menghargai dan tanpa izin mengibarkan bendera merah-putih-biru di wilayah Indonesia. Republik Indonesia yang saat itu telah memproklamasikan kemerdekaan jelas merasa di cemooh oleh tindakan Belanda ini. Arek-arek Suroboyo tidak tinggal diam melihat kesewenangan Belanda yang dapat di simpulkan ingin menunjukan kekuasaannya lagi di Indonesia. Lagi pula kobar semangat arek arek Suroboyo yang pada saat itu sedang melakukan aksi pengibaran merah-putih di segala penjuru secara langsung berkumpul di depan halaman hotel yamato.
Pada tanggal 18 september 1945 tersebut memang terjadi suatu diplomasi antara pihak Indonesia dengan Belanda didalam hotel yamato yakni dengan datangnya Soedirman sebagai wakil pemerintahan Indonesia dengan dikawal ketat oleh Hariyono dan Sidik untuk berunding dengan pihak Belanda yang diwakili oleh Mr.ploegman beserta pasukan. Dalam diplomasi tersebut Belanda menolak untuk menurunkan benderanya dari puncak tertinggi hotel yamato dan justru malah menyerang pihak indonesia dengan mengeluarkan pistol. Sidik sebagai pengawal dan bertugas menjaga Soedirman tentu secara reflek menyerang kembali Poegman hingga tewas. Namun sayang Sidik sendiri tewas ditangan pasukan Belanda. Soedirman bersama Hariyanto yang berusaha keluar dan mencari perlindungan dari serangan pasukan belanda akhirnya disambut oleh arek-arek Suroboyo yang tengah berkumpul diluar hotel. Selanjutnya Soedirman bersama Kusno wibowo kembali masukkedalam hotel dan memanjat tiang bendera untuk merobek warna biru bendera Belanda dan kemudian mengibarkan nya kembali menjadi merah putih.
BAB II
Pembahasan
A. Kronologi Peristiwa
Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 yang dipimpin oleh Brigadier Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya. Brigade ini berada dibawah pimpinan Jenderal D.C. Hawthorn. Mereka ditugaskan oleh panglima AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan para interniran Sekutu. Kedatangan mereka diterima secara enggan oleh pemerintah Jawa Timur, Gubernur Suryo. Setelah itu, wakil-wakil pemerintah RI dengan Mallaby mengadakan pertemuan dan menghasilkan kesepakatan:
1. Inggris berjanji bahwa diantara tentara mereka tidak terdapat Angkatan Perang Belanda,
2. Disetujui kerjasama diantara kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketenteraman,
3. Akan segera dibentuk “Kontak Biro” agar kerjasama dapat terlaksana sebaik-baiknya,
4. Inggris hanya akan melucuti Jepang saja.
Tetapi, kenyataannya pihak inggris mengingkari janjinya. Pada malam hari tanggal 26 Oktober 1945, peleton dari Field Security Section yang dipimpin oleh Kapten Shaw, melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer dan kawan-kawannya. Keesokan harinya Inggris menduduki Pangkalan Udara
Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Internatio, dan objek vital lainnya. Pada tanggal 27 Oktober 1945, terjadi kontak senjata yang pertama antara pemuda Indonesia dengan pasukan Inggris. Kontak senjata itu meluas, sehingga terjadi pertempuran pada tanggal 28, 29, dan 30 Oktober 1945. Dalam pertempuran itu, pasukan Sekutu dapat dikalahkan oleh pasukan Indonesia, sehingga beberapa objek vital yang telah dikuasai Inggris dapat direbut kembali oleh rakyat. Setelah itu, komandan pasukan Sekutu menghubungi Preseiden Soekarno untuk mendamaikan perselisihan antara para pejuang Indonesia dengan pasukan Sekutu(Inggris) di Surabaya. Pada tanggal 30 Oktober 1945, Bung Karno, Bung Hatta, dan Amir Syarifuddin datang ke Surabaya untuk mendamaikan perselisihan itu. Perdamaian pun berhasil dicapai dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Lalu, dibentuklah Kontak Biro guna menjaga komunikasi antara kedua belah pihak, dan anggotanya adalah tokoh-tokoh Indonesia seperti Residen Sudirman, Dul Arnawa, dan Sungkana, sedangkan tokoh dari pihak Inggris adalah Mallaby dan Shaw. Tetapi, nyatanya sepulang Soekarno, Hatta, dan Amir Syarifuddin beserta Hawthorn ke Jakarta, pertempuran di beberapa tempat masih terjadi.
Dihari yang sama, para anggota Kontak Biro menuju ke Gedung Internatio yang masih terjadi kontak senjata. Pada saat itu, gedung ini diduduki oleh tentara Inggris. Arek-arek Surabaya mengepung gedung itu dan menuntut agar gedung itu dikosongkan. Kedatangan Kontak Biro yang didalamnya ada Mallaby, justru membuat arek-arek Surabaya menuntut agar Mallaby dan Inggris menyerah. Kebetulan hari itu sudah mulai gelap. Saat itu rombongan Mallaby sedang berada ditempat pemberhentian trem listrik, yang terletak beberapa belas meter sebelah utara Jembatan Merah tiba-tiba terdengar ledakan, waktu itu kira-kira pukul 20.30. Ternyata mobil yang ditumpangi Mallaby meledak dan Mallaby ditemukan tewas. Tewasnya Brigjen Mallaby ini memancing kemarahan pasukan Inggris. Pada tanggal 9 November 1945, Mayjen E.C. Mansergh, sebagai pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum agar pihak Indonesia di Surabaya meletakkan senjata selambat-lambatnya jam 06.00 tanggal 10 November 1945. Selain itu Inggris juga mengeluarkan ultimatum yang berisi ancaman nahwa pihak Inggris akan menggempur kota Surabaya dari Darat, Laut, dan Udara, jika rakyat Indonesia tidak menaati ultimatum itu.
Ternyata rakyat Surabaya tidak menaati ultimatum itu, karena mereka merasa ultimatum itu sebagai suatu penghinaan. Akhirnya pertempuran berkobar di Surabaya. Pihak Inggris mengerahkan kekuatan yang dimilikinya. Pada tanggal 10 November 1945, terjadi pertempuran sengit di Surabaya. Salah satu tokoh pemuda, yaitu Sutomo (Bung Tomo) mendirikan Radio Pemberontakan guna membakar semangat juang arek-arek Surabaya. Bung Tomo berhasil memimpin dan mengendalikan kekuatan rakyat melalui pidato-pidatonya. Dalam pidatonya melalui radio begitu berapi-api dan selalu dimulai dan diakhiri dengan bacaan takbir, “Allahu Akbar”. Sungkono sebagai Komandan Pertahanan Kota, pada tanggal 9 November 1945 pukul 17.00 mengundang semua unsur kekuatan rakyat, yang terdiri dari komandan TKR, PRI, PTKR, dan TKR Laut untuk berkumpul di Markas Pregolan 4.
Kota Surabaya dibagi dalam 3 sektor pertahanan, yakni Sektor Barat, Tengah, dan Timur. Sektor Barat dipimpin oleh Kunkiyat, Sektor Tengah dipimpin oleh Marhadi, dan Sektor Timur dipimpin oleh Kadim Prawirodiarjo. Sesudah batas waktu ultimatum habis, keadaan semakin eksplosif. Surabaya yang sedang digempur pihak Inggris berhasil dipertahankan oleh para pemuda hampir 3 minggu lamanya. Sektor demi sektor dipertahankan secara gigih, walaupun pihak Inggris memakai senjata-senjata modern dan berat. Pertempuran terakhir terjadi di Gunungsari pada 28 November 1945, tetapi perlawanan secara sporadis masih dilakukan. Lalu, markas pertahanan Surabaya dipindahkan ke desa yang terkenal dengan sebutan Markas Kali.
B. Tokoh-tokoh
1. Sutomo (Bung Tomo)
2. Kunkiyat
3. Marhadi
4. Kadim Prawirodiarjo
5. KH. Hasyim Asy’ari
6. KH Wahab Hasbullah
C. Akhir peristiwa
Para pemuda Surabaya berhasil mempertahankan kota Surabaya hampir selama 3 minggu lamanya. Pertempuran berakhir setelah 3 minggu. Pertempuran terakhir terjadi di Gunung Sari pada tanggal 28 November 1945. Akhir dari prlawanan adalah ribuan rakyat banyak menjadi korban.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Pertempuran Surabaya adalah sejarah yang tidak akan pernah bisa hilang karena pada tanggal 10 November terjadi pertempuran yang sangat dahsyat di Surabaya. Inggris mengerahkan kapal perangnya, kapal udara dan tank-tanknya , di ikuti tentara bersenjata lengkap dengan bekal pengalaman dalam Perang Dunia II. Tetapi semangat rakyat Surabaya mnyala-nyala untuk melawan Inggris walaupun dengan persenjataan yang lebih sederhana daripada musuh. Dalam situasi yang memanas ini muncul tokoh Bung Tomo dengan pidato-pidatonya yang membangunkan semangat rakyat Surabaya untuk melawan musuh. Dan kini pada tanggal 10 November itu dijadikan Hari Pahlawan dan di peringati setiap tahun oleh rakyat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Kibot, Mijitin. 2009. Pertempuran Surabaya, [online]. Tersedia: Kulimijit.blogspot.co.id. [14 April 2017]
Ulum, Misda. 2013. Pertempuran Surabaya, [online]. Tersedia: mildaulum.blogspot.co.id. [14 April 2017]
Soesanto, Anto. 2015. Latar belakang pertempuran Surabaya, [online]. Tersedia: antoksoesanto.blogspot.co.id. [14 April 2017]
Kemendikbud. 2014. Sejarah Indonesia. Jakarta: kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI
Drajat, Dani. 2014. Tokoh dalam pertempuran Surabaya, [online]. Tersedia: brainly.coid. [14 April 2014]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resensi Buku SEE INSIDE RUANG ANGKASA

IDENTITAS BUKU Judul Buku : See Inside Ruang Angkasa Penulis Buku : Katie Daynes Ilustrasi Buku : Peter Allen Desain : Laura Wood Pene...